Wednesday 24 February 2016

PESANTREN: JALAN KELUAR PROBLEMA PENDIDIKAN

Unknown     08:42    

Tulisan ini akan membincang problema pendidikan. Sistem pendidikan dan aktualisasinya sebagai media pencerahan dan pemahaman bagi manusia. Untuk tulisan dalam facebook, mungkin, tulisan ini akan banyak teruai (namun tulisan ini akan terlihat sedikit ketika disejajarkan dalam artikel, essai, dan tulisan ilmiah lainnya). Meskipun begitu, tulisan ini dirasa penting bagi penulis untuk didiskusikan dan dicermati secara mendalam, karena masalah pendidikan adalah inheren bagi manusia.
pendidikan, seperti dikatakan Paulo Freire (teoritisi pendidikan asal Brazil), mempunyai tujuan untuk memanusiakan manusia. Dalam artian untuk membuat manusia sadar akan potensi dalam dirinya. Yang kemudian, potensi tersebut, digunakan untuk menghindari (bahkan memberantas) penindasan yang dilakukan oleh sebagian kelompok terhadap kelompok lain. Penindasan harus dilawan, karena ia merupakan dehumanisasi, yang menghilangkan unsur kemanusiaan.
Begitu pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, maka masalah pendidikan tidak boleh dianggap remeh. Sekarang ini, pendidikan di Indonesia tidak mempunyai gairah untuk membentuk manusia seutuhnya.
Pendidikan di Indonesia telah tercerabut dari akar kulturalnya. Pendidikan telah diswjajarkan dengan profesi pekerjaan. Tidak lagi sebagai pembentuk kultur kebudayaan. Josef Pieper mengatakan bahwa pendidikan adalah pekerjaan 'waktu luang', yang diametral dengan pekerjaan mencari uang. Waktu luang digunakan untuk mengasah pikiran yang kemudian memunculkan kebudayaan.
Pendidikan bukan semata pengisi waktu senggang, ia memunculkan berbagai aspek kemanusiaan, fisik-mental-spiritual. Namun pendidikan sekarang ini lebih merupa kerja fisik yang direduksi dalam angka positivistik. Pendidikan sekarang tidak mengindahkan nilai spiritual dan psikologis sebagai kekayaan mansia. Pendidikan hanya berkutat pada masalah prestasi individual dan dinilai dalam aras matematik. Selain itu, fenomena pendidikan terlihat sebagai kesibukan yang rutin, menyeeupai orang bekerja.
Selain masalah di atas, adalah masalah moral yang perlu sekali disoroti. Kita sering melihat dekadensi moral melanda pemuda pemudi, kaum pelajar Indonesia. Saya kira masalahny berada dalam sistem pengajaran. Sistem pendidikan kita hanya menerapkan pengajaran dan pengawasan dalam wilayah sekolah. Sedangkan di luar sekolah tidak menjadi tanggung jawab pendidik. Hal ini membuat budaya destruktif yang berada di luar sistem pendidikan masuk ke dalam pola pikir pelajar. Bukankah manusia lebih mudah menerima hal hal yang sifatnya destruktif, negatif? 
Dengan demikian kita membutuhkan sistem pendidikan yang memadai untuk memunculkan pontensi manusia seutuhnya dan mendidik moralitas pelajar. Barangkali pondok pesantren bisa menjadi jawaban, inilah yang keluar dalam benak penulis.
Pesantren adalah sistem pendidikan yang mengutamakan unsur kemanusiaan dalam diri santri. Pesantren dengan sistemnya tidak hanya mendidik santri dalam tataran fisik, ttapi membuat santri mengenal dirinya yang spiritual-mental. Dengan pendidikan agama, roan, praktek keagamaan, dan swterusnya menjadikan santri mengeluarkan potensi yang dimilikiny, baik fisik, mental, maupun spiritual.
selain itu, para ustadz dan kiayi yang berada dalam pondok memungkinkan mereka memantau perkembangan santri. Dan juga pesantren memungkinkan menghalau budaya luar yang negatif. Dengan demikian santri tidak serta merta menerima sesuatu yang negatif.
Namun, dalam pesantren juga ada sisi kekurangannya, yaitu kurang komunikatif. Sehingga pengetahuan yang di dapat seringkali taken for granted, tidak dilandasi alasan yang rasional yang menjadikan suatu pengetahuan berarti.
Hanya ini yang penulis dapat paparkan. Ini hanya pengetahuan yang penulis dapatkan, tidak bersifat mutlak benar, namun relatif. Jika pembaca yang budiman mendapati kesalahan dalam tulisan ini, tolong saran dan kritiknya. Rahayu...

0 comments :

© 2011-2014 Warta Semar.com | Distributed By My Blogger Themes | Designed By Bloggertheme9